Jumat, 15 April 2016

Tak Banyak Wanita Sepertimu


"Bu, Ibu..., ada pahala besar mau?" Bapak berbisik di telinga Ibu, sambil memegang lengan Ibu.
Mata Ibu perlahan terbuka "Inggih Pak?".
Ibu yang baru satu jam terlelap itu pun langsung menjawab permintaan Bapak. Suara Ibu terdengar begitu berat melawan rasa kantuknya. Maklum setelah seharian bermain dengan cucu-cucunya dilanjutkan dengan membereskan rumah pasca menjadi arena bermain.
"Bu Fulanah meninggal, sekarang sudah di Raobah, tapi belum ada yang mimpin mandikan jenazah," Bapak menjelaskan maksud permintaannya di awal membangunkan Ibu tadi.
Ibu sigap bangun lalu berkemas. Lanjut membangunkan putrinya yang sedang mimpi indah.
Dua jam kemudian. Jenazah Bu Fulanah sudah rapi, wangi dan terbalut kain kafan. Lalu dibawa ke rumahnya untuk disemayamkan hingga esok hari.
Ibu bersama putrinya kembali pulang ke rumah. Jam menunjukkan pukul 03.00. Sang putri tak kuasa menahan ingin segera berlabuh kembali di atas kasur. Namun Ibu segera mengingatkan, "Dek, cuci tangan kaki dulu dan ganti baju. Atau sekalian mandi lebih baik, sambil nunggu adzan Shubuh". Sang putri tak banyak komentar, dan mengikuti anjuran Ibu. Dia tak berani menunjukkan raut wajah cemberutnya meskipun hatinya kusut berlipat sejak dibangunkan Ibu tadi.

Ya, saat itu si Putri begitu tidak ikhlas menerima ajakan Ibu.
Namun, saat ini dirinya rela sujud bersimpuh kepadamu Ibu, untuk memohon ampun atas segala khilafnya.

Ibu, tak banyak wanita yang bersedia menjadi pemandi jenazah, apalagi yang siap dipanggil 24jam.
Ibu, dan diantara para pemandi jenazah itu, hanya engkau yang rela mengajak putrimu untuk mengikuti apa yang kau lakukan.
Engkau mengajari putrimu suatu hal yang tak banyak para wanita lakukan.

Terimakasih Ibu. Tak banyak yang bisa kusampaikan di hari ini. Hanya untaian doa yang semoga menjadi pahala tak terputus untukmu kelak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar