Rabu, 05 September 2012

Keluarga Satu Zaman



بِسْــــــــمِ اللَّــــــــهِ الرَّحْمَــــــــنِ الرَّحِيــــــــمِ 
هُوَ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن تُرَابٍ ثُمَّ مِن نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ يُخْرِجُكُمْ طِفْلاً ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ ثُمَّ لِتَكُونُوا شُيُوخًا وَمِنكُم مِّن يُتَوَفَّى مِن قَبْلُ وَلِتَبْلُغُوا أَجَلاً مُّسَمَّى وَلَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
(QS. Ghafir : 67)

Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya).


Sebagai pembuka, kami mengutip ayat di atas untuk mengawali tulisan di karya ini.
Quran surat Ghafir ayat 67 menunjukkan satu zaman yang harus dilalui setiap manusia di dunia ini, sejak dihidupkan hingga kembali dimatikan. Itu pasti dan itu janji-Nya.

Di awal pernikahan, kami menghadapi satu pertanyaan yang sama-sama muncul di benak kami "pernikahan ini akan kita tujukan kemana?", hari kedua setelah kami menikah betul menyadarkan kami bahwa akhir perjalanan pernikahan ini berada di Kebun Surga-Nya kelak, bukan di akhir hayat hidup kami maupun keturunan-keturunan kami kelak. Tujuan ini tentu berbeda ketika kami mengawali sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, kemudian masuk universitas yang kesemuanya memiliki tujuan kelulusan. Ya, sekedar kelulusan, bonusnya jika kami mendapat peringkat pertama atau juara umum sekolah atau mendapat IP cumlaude.

Hari ketiga dan selanjutnya, pertanyaan itu kadang muncul kadang tenggelam di tengah obrolan kami. Kami belum pernah serius membahasnya, apalagi setelah kami mendapat kabar gembira dari DIA bahwa akan hadir amanah-Nya di tengah-tengah kami. Sejak itu, kami mulai menyusun rencana-rencana jangka pendek, maklum kondisi perekonomian kami cukup membuat kami sedikit 'panik' dalam menyambut amanah-Nya.

Saat ini, kondisi kehamilan telah mencapai 40 minggu, saatnya menunggu, seluruh persiapan telah kami siapkan sejak minggu-minggu yang lalu. Setiap hari kami selalu membayangkan bagaimana ramainya rumah ini setelah kehadirannya nanti.

Saat ini, saatnya menunggu, pertanyaan besar di awal pernikahan itu kembali mengingatkan kami. Pertanyaan itu cukup menambah ketegangan kami dalam penantian ini, kami tidak ingin DIA menganggap kami main-main dalam menyambut amanah-Nya. Kami hanya dapat berdoa, mengemis kepercayaan dari Nya dalam menjaga amanah-Nya.  

Dan pertanyaan itu, sampai saat ini kami belum menjawabnya dengan  kalimat praktis. Hanya dengan ide-ide kecil dan rencana-rencana jangka pendek kami menjawabnya, untuk sementara. Harapan kami, pertanyaan itu akan senantiasa muncul untuk mengingatkan kami dalam menjalankan pernikahan ini, untuk senantiasa menyadarkan kami bahwa kami hidup hanya pada satu zaman, tidak lebih.