Rabu, 31 Januari 2018

Eyang Udeg-udeg Ronodirdjo

Pohon Keluarga yang Tak Bercabang Besar




Awalnya saya membayangkan jika terus menelusur silsilah ke atas setelah kakek-nenek maka pohon silsilah itu akan terus melebar dan membesar. 

Mungkin memang seperti itu lazimnya. Tapi ternyata ada 'keunikan' yang saya temukan saat mendapatkan silsilah Eyang Udeg-udeg saya dari pihak Eyang Haiban Hajid. 

Mari kita simak teliti silsilah berikut ini. Silsilah yang disimpan oleh Paklik sy, hasil tulisan tangan dari Eyang Haiban Hajid. 
Fakta yang ditemukan yaitu adanya tradisi pernikahan persepupuan. Ada 5 pasangan, antara lain :
1. Eyang Haiban Hajid dengan Eyang Djamharoh
2. Eyang Buyut Hajid dengan Eyang Buyut Wasilah
3. Eyang Buyut Dariyah dengan Eyang Buyut Djalaludin
4. Eyang Canggah Djilani dengan Eyang Canggah Muhsinah
5. Eyang Canggah Fatimah dengan Eyang Canggah Ahyat

Dan siapakah beliau Ronodirdjo 1?
Mari kita simak lagi bagan berikut ini.


Sampai di sini, saya belum menelusuri siapakah gerangan beliau. 






Senin, 29 Januari 2018

Orientasi pada Proses, dan Kuatkan Target!




Terinspirasi dari diskusi peserta pertukaran pelajar di level tiga lalu. Sang peserta mengisahkan bagaimana ia dapat terus konsisten mendapat badge OP meski saat mengerjakan tantangan di level dua sempat jatuh sakit. 

Kebanyakan dari kita, khususnya saya pribadi, masih sering memberikan ruang toleransi yang tidak semestinya saat ada musibah atau halangan. "Ah hujan, ga jadi berangkat kuliah", "Ga ada motor, ga jadi berangkat ngaji", lagi batuk pilek, baiknya banyak istirahat sampai memangkas jam belajar, dan sebagainya. 

Begitu mudahnya kita menjadikan kejadian tak biasa itu sebagai alat untuk mengendurkan semangat kita dalam berkebaikan. Kecenderungan untuk melemahkan diri dan menganggap diri tidak mampu menghadapi masalah, hal tersebut yang masih sering menjadi penyakit dalam diri kita. 

"Kita mesti membayar resiko dari besaran toleransi yang kita berikan bagi diri sendiri."

Kurangnya rasa berjuang untuk meraih sesuatu. Hal ini sangat berkebalikan dengan prinsip profesionalisme, yakni bersungguh-sungguh. Sering memberikan toleransi atau kelonggaran kepada diri sendiri, jelas resikonya akan lebih lamban dalam mencapai target yang dicita-citakan. 

Kesadaran ini kembali muncul saat membaca istilah "memvisualkan tujuan akhir" dalam jawaban peserta saat diberikan pertanyaan bagaimana tips untuk tetap konsisten. Visualisasi tujuan akhir sangat tergantung pada karakteristik setiap individu. Misalnya yang telah dilakukan peserta tersebut. Ia memvisualisasikan target dari tantangan di setiap level dengan badge OP. Badge OP dijadikan sebagai pecut bagi dirinya untuk menyelesaikan tantangan dengan profesional, bersungguh-sungguh. 

Sebagian kita mungkin sering mengkiaskan bahwa perolehan badge hanya bonus semu semata, "Tidak dapat badge tidak apa-apa, yang penting proses menjalankan tantangannya."

Memang betul sekali orientasi kita pada prosesnya, yang terpenting adalah pada proses. Namun untuk menjaga ghirah perjuangan, goal atau tujuan juga harus digenggam erat. Karena bagaimanapun, proses akan berjalan setelah ada tujuan. Jika tujuan tidak dipertahankan atau diperjuangkan, maka itu jelas akan berdampak pada prosesnya. 


Ditulis oleh :
Widitra Maulida
Fasil Bunsay #3



Jumat, 12 Januari 2018

Saat Pertanyaan Itu Datang



“ adek  bayi keluar darimana? “

“ haid itu apa? “

“ kenapa ibu ga sholat? “

“ kenapa bunda bisa hamil? Ko ayah engga? “

“ aku suka si A di sekolah, karena bla bla bla”

“ kenapa ga boleh pacaran? “

" kenapa titit ade beda sama bang L? "


Ada yang pernah mendapat pertanyaan seperti  diatas? Darimana kita jawab? Atau melihat fenomena sekitar, anak anak SD sudah pacaran? Mamah papah menjadi panggilan? Kapan dulu kita menstruasi? Sekarang? Kelas 4 SD sudah mulai menstruasi. Inget dulu saat suka seseorang? Diam-diam melirik, melempar senyum, atau berdiri surat? Sekarang? Bergandengan tangan, jalan berdua, sampai berani berpelukan. Jika ditanya “ pengen seperti di yang di tivi “ astaghfirullah….


Data menunjukkan 87% anak SD kelas 4 -  6sudah terpapar media pornografi dari berbagai media, mulai dari komik, majalah, film, gadget, game, hingga internet. Bahkan penelitian oleh Yayasan Kita dan Buah Hati terhadap anak -  anak SD kelas 4 - 6 yang menjadi objek penelitian tentang masalah seksual terkait apa saja yang ingin mereka ketahui tentang dunia seks, muncul pertanyaan beragam dari anak-anak belia tersebut seperti -  mohon maaf - “ bagaimana cara memasukkan alat kelamin kepada pasangan yang baik dan benar? “ atau “ bagaimana rasanya mengisap kemaluan? “. Na’udzubillah….


Peran dan langkah antisipasi yang dapat dilakukan orang tua adalah dengan mengedukasi anak dengan pendidikan seksual sedini mungkin, yang sesuai dengan usia dan kebutuhan anak. Inti dari pendidikan seksual yang diberikan antara lain :

Mengenalkan nama dan fungsi organ tubuh dari masing-masing jenis kelamin

Mengenalkan peran dan fungsi sosial sesuai jenis kelamin

Menumbuhkan kesadaran anak akan pengaruh buruk lingkungan.

Semoga kita dan keluarga kita terhindar dari segala macam gempuran dari luar, terbangun komunikasi yang efektif, dan kita sebagai orang tua mampu menjadi teladan yang baik untuk anak-anak kita.


Sumber:

Membimbing Remaja dengan Cinta / Irawati Istadi,Yogyakarta : Pro- U Media, 2016

Islamic Parenting : Pendidikan Anak Metode Nabi / Jamal Abdurrahman ; Editor, Andi Wicaksono, Penerjemah, Agus Suwandi_ Solo : Aqwam, 2010

Satu Atap Lima Madrasah / Kiki Barkiah, ST; Editor, Aditya Irawan, ST_ Bandung : CV. Mastakka Global Informa, 2017
Parenting With Heart/Elia Daryanti & Anna Farida ;_ cet. 1_Bandung: Kaifa, 2014

 πŸ’πŸ’πŸ’πŸ’πŸ’πŸ’πŸ’πŸ’πŸ’πŸ’πŸ’πŸ’πŸ’πŸ’

Etimologi fitrah berarti kejadian asli,agama, ciptaan, sifat semula jadi,  potensi dasar, dan kesucian.

Dari berbagai pendapat para ulama bisa di simpulkan bahwa fitrah adalah suatu kemampuan manusia yang di berikan oleh Allah Swt  sejak manusia di lahirkan ke dunia dan itu adalah anugrah.

Fitrah seksualitas adalah bagaimana seseorang berpikir, merasa dan bersikap sesuai dengan fitrahnya sebagai lelaki sejati atau sebagai perempuan sejati.
Tugas orang tua adalah membangkitkan fitrah anak agar berkembang secara optimal.

Maraknya pemberitaan tentang fenomena seksualitas yang menyimpang akhir- akhir ini, yang ternyata memakan korban anak- anak dibawah umur membuat kita sebagai orang tua memikirkan tentang pendidikan seks yang tepat bagi anak. Dan tentu saja pendidikan seks bagi anak- anak kita tidak bisa begitu saja mencomot kurikulum pendidikan seks dari barat karena perbedaan budaya dan yang paling penting adalah agama. Bagaimanapun juga kita harus kembali kepada agama untuk melindungi anak- anak kita dari kejahatan dan penyimpangan seksualitas.
Pendidikan fitrah seksualitas:
---- Anak mengerti tentang identitas seksualitasnya
Laki- laki atau perempuan
Pastikan anak mengerti identitas seksual nya sejak usia 3 th
Kenalkan nama ilmiah organ seksual untuk menghindari tabu
---- Anak mengerti peran seksualnya
Cara bicara, cara berpikir, cara berpakaian, merasa
Mampu dengan tegas menyatakan “saya perempuan” atau “saya laki-laki”
--- Anak mampu melindungi dirinya dari kejahatan seksual
Ajarkan tentang area pribadi tubuhnya. Bagian tubuh yang tertutup   pakaian dalam tidak boleh dipegang orang lain kecuali oleh orangtua atau dokter.
Referensi :
1. Harry Santosa, Fitrah Based Education
2. Watiek Ideo, Aku Anak Pemberani 1

Kamis, 11 Januari 2018

Karena Tubuhmu Begitu Berharga

Menjaga Aurat dari Dalam Rumah

Aurat adalah bagian penting dalam menjaga tumbuhnya Fitrah seksualitas anak dengan baik.

Mengacu pada Q.S. An-nur tentang aurat, kami mencoba menerapkan batasan aurat tubuh dan waktu.

AURAT TUBUH
Dewasa ini kita seringkali melihat penyimpangan seksual justru terjadi di dalam lingkup terkecil. Atau keluarga. Ayah memperkosa anak. Atau anak mengintip adegan kamar ayah ibunya,dan banyak penyimpangan lain yang terjadi dari dalam Rumah.
Salah satu penyebabnya adalah karena lalainya pendidikan aurat di dalam Rumah. Karena merasa saudara, merasa tidak ada batasan aurat.

Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera–putera mereka, atau putera–putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada AllΓ’h, wahai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (Qs. an-NΓ»r:31)

Dalam hal ini, batasan aurat muslimah yang harus kita pahami terbagi menjadi empat menurut Imam Nawawi di kitab Nihayatuzein, yaitu :

1. Sesama mahram dan dikalangan muslimah boleh melihat tubuh wanita, *kecuali bagian di antara pusar dan lutut* namun juga harus melihat di tempat yang sepi seperti di rumah, kamar mandi, kamar pribadi. Tidak sedang di tempat umum atau bercampur yang bukan mahram dan wanita nonmuslim. Seperti yang dikatakan dari sebuah hadist

Diriwayatkan dari Abu Salamah Radhiyallahu ‘Anhu,
“Aku dan saudara ‘Aisyah datang kepada ‘Aisyah, lalu saudaranya itu bertanya kepadanya tentang mandi yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas ‘Aisyah meminta wadah yang berisi satu sha’ (air), kemudian ia mandi dan mengucurkan air di atas kepalanya. Sementara antara kami dan beliau ada tabir.” [Hadits shahih. Riwayat Bukhari (no. 251) dan Muslim (no. 320)]


Al-Qadhi ‘Iyadh Rahimahullah berkata, “Yang nampak dari hadits tersebut adalah bahwa keduanya (yakni Abu Salamah dan saudara ‘Aisyah) melihat apa yang dilakukan oleh ‘Aisyah pada kepala dan bagian atas tubuhnya, dimana itu adalah bagian yang boleh dilihat oleh seorang mahram, dan ‘Aisyah adalah bibinya Abu Salamah karena persusuan, sementara ‘Aisyah meletakkan tabir untuk menutupi bagian bawah tubuhnya, karena bagian tersebut adalah bagian yang tidak boleh dilihat oleh mahram.” [Lihat Fat-hul Baari (I/465)]

2. Menutupi seluruh badannya ketika bersama wanita nonmuslim

3. Seluruh badannya sampai kuku kaki harus tertutup ketika ada laki-laki yang bukan mahramnya.

4. Menutup seluruh badannya kecuali telapak tangan dan wajah ketika shalat

Jadi, harus dilihat dan diperhatikan yang paling penting situasi dan kondisi dimana dan dengan siapa muslimah itu berada. Jika berada bersama wanita sesama wanita muslim lainnya itu diperbolehkan kecuali bagian di antara pusar dan lutut. Namun jika berada sesama wanita nonmuslim tetap harus menutupi seluruhnya.

_TIPS:_
✅ Batasan aurat tubuh di dalam rumah adalah pusar sampai perut. Baik perempuan ke perempuan,maupun laki2 terhadap laki2.
πŸ‘• Di dalam Rumah,gunakan Baju yang menutupi aurat tersebut
πŸ‘–Gunakan baju di kamar mandi setelah selesai mandi, jika anak belum bisa,berikan handuk yang menutupi auratnya. Ganti baju di dalam kamar tertutup.
πŸ‘ΆπŸ» Adik bayi pun punya aurat,  menjemur bayi dengan tetap menutupi alat kelaminnya. Dan tidak mengganti diapers di tempat terbuka.

🏠 *Aurat Tempat dan Waktu* ⏰
Q.S.An-Nuur 58-59

Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum baligh di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga  kali (dalam satu hari) yaitu: *sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar) mu di tengah hari dan sesudah sembahyang isya* (Itulah) tiga aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu, sebagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (24:58)

Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur baligh, maka hendaklah mereka meminta izin, seperti orang-orang yang sebelum mereka meminta izin. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (24:59)

Surat an-Nur dimulai dengan menghukumi pria dan wanita yang berbuat keburukan. Di ayat-ayat terakhir dari surat ini menjelaskan tentang upaya mencegah munculnya penyimpangan seksual di antara anak-anak dan menjaga kehormatan umum di lingkungan keluarga. Ayat ini mengatakan, para pelayan rumah, anak kecil dan besar yang dapat pergi ke mana saja dari ruang di rumah harus menghormati ruang privasi orang tuanya. Mereka tidak boleh memasuki kamar orang tua tanpa izin.

Sementara untuk anak-anak yang belum baligh memiliki kebergantungan besar dengan ayah dan ibunya dan biasanya berada di dekat mereka. Ayat ini secara khusus tentang mereka
menyebutkan, bahkan anak-anak yang belum balig harus meminta izin untuk memasuki kamar di saat ayah dan ibunya sedang istirahat atau berdua saja. Perintah ini harus diajarkan orang tua kepada anak-anaknya sejak mereka masih kecil, sehingga mereka tahu bagaimana menjaga kesucian dan kehormatan.

Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Hubungan seksual suami dan istri harus dilakukan sedemikian rupa dengan menjaga kehormatan terutama dihadapan anak-anak dan dilakukan diruang privasi.

2. Anak-anak harus berlajar menjaga kerhormatan sejak di lingkungan keluarga.

3. Suami harus menyisihkan waktunya untuk istri dan anak-anak tidak boleh mengganggu waktu khusus ini.

_TIPS:_
✅Menjaga aurat tempat
- Setiap anggota keluarga punya privasi di dalam kamarnya. Maka harus minta izin jika ingin masuk kamar anggota keluarga yang lain

_Pengalaman menjaga fitrah seksualitas dari dalam rumah - Rumah Eviro Home Team)_

_Bahan tulisan:_
πŸ’‘Al-Qur'anul Karim. Surat An-Nur ayat 31, 58-59
πŸ’‘Pengalaman mendidik fitrah seksualitas Rumah eviro home team
πŸ’‘http://googleweblight.com/?lite_url=http://www.muslimahdaily.com/khazanah/muslim-digest/item/479-batasan-aurat-wanita-terhadap-wanita-lain.html&ei=fspz_eTt&lc=en-ID&s=1&m=503&host=www.google.com&ts=1515441552&sig=AOyes_RInBs9Uonzd4iMnKTd_5pLuLvIZA
πŸ’‘ http://googleweblight.com/?lite_url=http://indonesian.irib.ir/aplikasi/item/90333-surat-al-nur-ayat-58-61-part-624&ei=DbRDjk0l&lc=en-ID&s=1&m=503&host=www.google.com&ts=1515442504&sig=AOyes_RDvPsUggvgVxlo1MSfv2AWerEl1A

Rabu, 10 Januari 2018

Jadikan Diri sebagai Teman Ananda



PERAN IBU SEBAGAI TEMAN BELAJAR AYAH DALAM MEMBANGKITKAN
FITRAH SEKSUALITAS
HASIL DISKUSI KELOMPOK Empat-i

Tampaknya kita semua bersepakat bahwa membangkitkan fitrah seksualitas itu
penting banget. Alasannya karena fitrah seksualitas yang tidak mewujud dengan baik
dan benar akan menimbulkan berbagai gesekan sosial maupun psikologis. Kita bicara
tentang LGBT, pedofilia, dan berbagai penyimpangan seksual lainnya. Begitu pula
dengan kegamangan seorang ayah atau ibu saat menjalankan perannya dalam
keluarga, semua karena fitrah seksualitas yang tidak terbangkitkan dengan baik dan
benar. Hanya itukah?
Mari kita sejenak melihat kembali sejarah Nabi Adam AS, manusia pertama ciptaan
Allah. Bagaimana Allah membangkitkan fitrah seksualitas beliau?
Nabi Adam dan Hawa memakan buah terlarang hingga mereka berdua bisa saling
melihat. Mufassir menafsirkannya bahwa aurat mereka berdua terlihat. Diceritakan
bahwa mereka kaget dan merasa malu. Mungkin inilah bentuk fitrah seksualitas kita
pada tahap awal. Rasa malu saat aurat terekspos.
Yang menarik, Allah tidak murka sebagaimana Dia murka pada iblis yang menolak
sujud. Allah hanya menyuruh mereka turun ke bumi. Itu saja.
Menurut kami, turun ke bumi bukan hukuman. Bukankah dari awal Allah memang
menciptakan manusia untuk menjadi khalifah di bumi? Lalu bagaimana mungkin turun
ke bumi adalah hukuman?
Adam AS turun ke bumi untuk mengemban tugas penciptaannya sebagai manusia.
Dan sebelum ia mengemban tugas itu, maka ia harus punya tools untuk menjalankan
tugas ini terlebih dulu. Tentu mudah bagi Allah untuk menciptakan manusia lalu
langsung saja diturunkan ke bumi. Tapi Allah melakukan coaching dulu di surga. Dan
pelatihan terakhir adalah membangkitkan fitrah seksualitas. Inilah bagian penting
terakhir yang membuat Adam AS dan Hawa siap mengemban amanah sebagai
khalifah di muka bumi.
Jadi seberapa penting membangkitkan fitrah seksualitas? Menurut kami, sama
pentingnya dengan menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi.
Sekarang bagaimana membangkitkannya?
peran ayah dan ibu sangat penting sebagai role model. Sebagaimana yang terjadi
pada Adam AS dan Hawa, memaparkan pada fitrah seksualitas yang benar adalah
jalan terbaik.
Untuk itu ayah dan ibu harus memiliki fitrah seksualitas yang benar terlebih dahulu.
Lalu seperti apa fitrah seksualitas sebagaimana yang diciptakan Allah?
Fitrah seksualitas adalah bagaimana seseorang berpikir, merasa dan bersikap sesuai
dengan fitrahnya sebagai lelaki sejati atau sebagai perempuan sejati.

Selasa, 09 Januari 2018

Konsep Diri berdasar Gender

4. Fitrah seksualitas pada anak *SANGAT PENTING* untuk dibangkitkan sejak lahir dengan tujuan:

 1⃣  Penguatan konsep GENDER

A. _Gender Identity_
(Paham identitas)

πŸ’• Dimulai dari bisa membedakan suara ayah dan ibu

πŸ’• bisa membedakan antara ayah dan ibu dengan tepat

πŸ’•  Bisa membedakan sapaan bapak, ibu, om, tante, dll sesuai jenis kelamin orang yang dituju

B. _Gender Stereotype_
(paham peran)

πŸ’• Anak perempuan main boneka, bantu ibu

πŸ’• anak lelaki main mobil-mobilan, bantu ayah

C _Gender Typhed behaviour_
(Paham perilaku)

πŸ’• Mulai ada kecenderungan menyukai aktivitas yang sesuai dengan jenis kelaminnya, akhirnya memilih dengan siapa ia akan bermain

2⃣  Agar tahu dan paham anggota tubuh vitalnya dan paham bagaimana cara merawat alat vitalnya

3⃣ Agar memiliki keseimbangan emosional dan rasional