Minggu, 10 Desember 2017

Perjalanan Berkompetisi : FOR HER TANGKIS

Perjalanan Berkompetisi
 (30 Besar FOR HER TANGKIS Community Competition)

oleh : Wita Maulida / Ketua Rumah Belajar Playdate Gresik IIP



            Perjalanan ini menjadi pengalaman perdana Rumah Belajar (Rumbel) Playdate Gresik ‘mengacungkan jari telunjuknya’ untuk ikut serta dalam sebuah kompetisi. Kata ‘mengacungkan’ dalam kalimat sebelumnya tidak sepenuhnya benar, karena bagaimanapun ada banyak ‘tangan’ yang kuat mendorong sehingga kami pun akhirnya memberanikan diri dalam momen kompetisi ini.
   Tujuh jam menjelang masa pendaftaran ditutup, kami mendapat provokasi dari ibu ketua IIP Nasional. Beliau mengirim satu paragraf singkat yang memacu kami untuk segera bertindak. Satu pertanyaan besar dalam benak kami waktu itu adalah “Kegiatan apa yang sudah kami lakukan dan sesuai dengan tema kompetisi, yaitu TANGKIS : cegah kekerasan seksual pada anak, anti-bullying atau internet sehat?”
    Tangkis oh Tangkis, dimanakah gerangan dirimu terselip dalam agenda playdate kami selama ini?

Rabu, 06 Desember 2017

Delegating : Jangan SOK Jadi Pahlawan

KOMUNITAS PROFESIONAL (Bag-2)


Delegating : Jangan SOK Jadi Pahlawan
           
            Kembali belajar berkomunitas membuat pikiran ini sering memutar ulang memori saat dulu mengawali perjalanan berorganisasi. Tepatnya saat duduk di bangku kelas 2 SMP dan diri ini mendapat suara terbanyak untuk menjadi ketua kelas. Apa yang ada di benak ‘anak baru gede’ itu tentang jabatan ketua kelas?
  • ·    Merasa disenangi semua teman dan harus menyenangkan semua teman
  • ·    Menyelesaikan setiap permasalahan kelas
  • ·    Selalu siap menjadi perwakilan kelas

            Setidaknya 3 hal tersebut yang dipahami ‘gadis cilik’ itu saat terpilih menjadi ketua kelas. Dan selama masa jabatan, lebih dari 3 kali saya mendapat teguran “Jangan SOK jadi pahlawan!” Sepertinya tak perlu saya ceritakan di sini detail permasalahannya, karena akar semua masalahnya sama yaitu saya bisa mengerjakan itu sendiri dan ingin cepat selesai.
     
    Namun ada satu permasalahan yang saya temukan ditengah masa jabatan itu dan ‘ndilalahnya’ hal itu tidak dapat saya kerjakan sendiri. Apakah itu? Satu semester sudah terlewati tapi sekretaris belum juga membuat papan organigram dan jadwal piket. Sekilas sederhana, dan sebenarnya bisa saya tuliskan dalam selembar karton besar lalu ditempelkan di dinding kelas. Akan tetapi, permasalahannya tak sesederhana itu. Kedua papan itu menjadi simbol ‘ke-keren-an’ dan tingkat kreativitas pengurus kelas (kala itu). Saya pun bingung bagaimana caranya menegur sang sekretaris tersebut.

Sabtu, 02 Desember 2017

Kerajaan Nanugar (episode 2)

KERAJAAN NANUGAR
(Episode 2)

“Apa Ifa tahu hewan apa rusa itu?”
“Hewan yang punya tanduk panjang!” Setengah berteriak aku menjawab
“Betul. Tapi tidak semua rusa bertanduk. Rusa itu memiliki pendengaran yang tajam,”
“Tajam kenapa?, memangnya pisau?”
“Apa Ifa dengar rusa di dalam sana sedang apa?”
“Tidak lah!”
“Nah, rusa di dalam sana dapat mendengar teriakan Ifa disini. Dan sekarang, karena kita akan memasuki kampung mereka, jadi jaga sikap dan bicara kita. Berjalan yang baik, menyapa mereka, memberikan senyuman dan tidak mengganggu mereka yang sedang tidur.”
Aku terdiam, masih memikirkan kata-kata ayah.

“Siapa yang siap berkunjung ke kampung rusa?” Ayah sudah berdiri dan berjalan di depanku.
“Aku!!! Eh Aku.” Volume suara kurendahkan. Ingat kata ayah tadi. Segera aku berjalan menyusul ayah.
Gapura kampung berdiri megah menjulang tinggi. Sebuah tanduk rusa terpasang di kedua tiang gapura. Ada sebuah tulisan terukir di salah satu tiang dengan corak warna seperti kulit rusa. Kupikir, itu tulisan RUSA.

Perlahan aku mendorong pintu gapura. Kuucapkan salam. Sekumpulan anak rusa yang sedang bermain seketika menatapku. Aku mulai paham kata ayah tadi. Meskipun mereka berada cukup jauh dariku namun mereka mendengar ucapan salamku.
Aku membalas tatapan mereka dengan senyum terkembang di wajahku. Tapi tak kusangka, mereka justru berlarian masuk ke rumah. Seperti jamur raksasa dengan pagar mengelilinginya.
Kumpulan anak rusa itu berada di tengah rumah. Aku melihatnya dari luar pagar. Sekali lagi kuucapkan salam.

Jumat, 01 Desember 2017

Jurnal Fasilitator (1)


3 Langkah Mengusir Kecemasan Memasuki Kelas Perdana

Alhamdulillah, materi perdana sudah melalui garis finishnya. Dan benar saja, sesuai harapan saya saat kemarin mendaftarkan diri menjadi fasilitator, yaitu saya kembali belajar dan diingatkan kembali dengan materi dan segala teori di kelas Bunda Sayang ini. Bagi saya, materi Komunikasi Produktif ini merupakan pondasi untuk materi-materi pengasuhan selanjutnya.
Komunikasi menjadi kunci utama dalam pengasuhan anak. Karena pada hakikatnya pengasuhan merupakan strategi menyampaikan kebenaran kepada anak. Sehingga sehebat apapun gaya pengasuhan orang tua, semuanya kembali kepada pola komunikasi antara orang tua dan anak.

Kerajaan Nanugar (episode-1)



KERAJAAN NANUGAR

Assalamualaikum.
Hai, Perkenalkan namaku Ifa. Aku seorang petualang cilik. Mengunjungi sebanyak-sebanyaknya kerajaan binatang, berkenalan dengan sang raja, dan menelusuri seluruh wilayah kerajaan, itu semua adalah impianku.
Hingga usiaku sekarang empat tahun, Ayah sudah mengajakku bertualang ke 5 kerajaan binatang. Wow, dimanakah itu semua? Aku tak sabar ingin menceritakan kisah petualanganku kepada teman-teman semua.

Kerajaan Nanugar adalah kerajaan pertama yang aku kunjungi. Satu hari menjelang keberangkatan, Ayah menunjukkan sesuatu padaku. Lembaran kertas besar berwarna coklat muda. Di dalamnya terdapat beragam bentuk yang berwarna warni. Di dalam bentuk itu nampak garis berwarna hitam yang saling bertemu dan garis berwarna biru yang berkelok-kelok. Ada juga bentuk kotak yang berderet-deret dan juga pepohonan hijau yang berkerumun.
Pandanganku terhenti pada satu area kecil berbentuk lingkaran. Didalamnya ada gambar monyet besar. Aku segera menarik lengan ayah dan menunjukkan gambar monyet tersebut.
“Ya, betul sekali anak cerdas,” Ayah mengusap kepalaku.
“Kesini tujuan petualangan kita besok.  Kerajaan Nanugar, nama tempat itu.”

Jumat, 24 November 2017

Bye Bye Super Hero

KOMUNITAS PROFESIONAL (Bag-1)

Bye Bye Super Hero

“Kita tidak akan pernah dapat memuaskan keinginan setiap orang.
Terus saja berjalan.”
           
            Satu pesan yang saya dapatkan dari seorang teman ini cukup mengingatkan bagaimana dulu saya berorganisasi, dan ini cukup membuat saya menertawakan diri sendiri. Pengalaman atau lebih tepatnya hobi berorganisasi sudah saya mulai sejak duduk di bangku kelas 2 SMP. Saya menjadi ketua kelas dan menjadi perwakilan kelas dalam organisasi sekolah. Kala itu, saya memiliki anggapan bahwa untuk menjadi orang yang bermanfaat (sebut saja populer) harus pandai bergaul dengan semua teman, lalu saya menyederhankannya dengan istilah “menyenangkan” semua pihak.

            Saya ingat betul dengan pengalaman pertama saya menjadi decision maker. Guru Biologi memberi tugas kepada sang ketua kelas unuk membuat kelompok belajar dengan menyebar “orang pintar” di kelas ke dalam semua kelompok. Pesan itu saya telan mentah begitu saja dan tertulis dalam pikiran bahwa saya harus mengerjakan tugas itu sendiri.

Rabu, 22 November 2017

Seandainya Saya Menjadi Fasilitator

Seandainya Saya Menjadi Fasilitator
            
     Ada satu tantangan dari suami yang akan saya buktikan seandainya saya menjadi fasilitator. Tantangan yang sudah cukup lama ditargetkan, namun belum juga terealisasi dengan apik. Tantangan ini sangat sering digaungkan oleh ibu guru kita tercinta, namun saya masih sering kepayahan juga jatuh bangun mengelolanya. Berangkat dari kepayahan tersebut saya mulai mencari formula bagi suksesnya tantangan ini.

         Saya mulai meraba formula ini. Ada satu kesamaan jika saya lihat dari sisi pengguna formula ini. Formula ini terdiri dari dua aspek berbeda, namun begitu bersinergi dan berjalan seiringan dengan indikasi suksesnya tantangan yang harus saya taklukkan ini.

        Manajemen waktu dan peran dalam berkomunitas. Itulah yang saya maksud dengan dua hal saling bersinergi dan berjalan seiringan saling mendukung, tantangan dan formulanya. Saat kita berani mengambil peran lebih maka kita akan tertuntut untuk mengemas dan mengelola waktu 24 jam dengan baik dan terukur.

Sabtu, 14 Januari 2017

Malam Tahun 2017

Malam Tahun Baru
______________________________________
Suatu pagi di awal tahun, beberapa tahun yg lalu. Saya pergi ke rumah teman untuk mengerjakan tugas kuliah.
Si teman kaget karena sy datangnya terlalu pagi, menurutnya.
"Wit, kamu ko udah dateng aja?" tanyanya.
"Lha kan janjinya jam 9" jawab sy singkat.
"Semalem aku taun baruan deket rumahmu, di O kilometer. Kamu ga kesana?"
"Ga" jawab sy singkat.
______________________________________
Ga pernah terpikir, tepatnya.
Ga pernah terpikir menghabiskan malam nongkrongin kembang api sambil tengkuk leher pegel.
Alhamdulillah, sebelum ada teori konspirasi wahyudi, bapak memang tidak pernah mengenalkan terompet dan kembang api sejak saya kecil dulu.
Saya ingatnya, malam tahun baru itu dengerin ceramah Pak Amien Rais di Masjid Gedhe. Pernah sampai pergantian tahun, tapi seringnya duluan pulang karena ngantuk.
Dan kini, saya telah di posisi menjadi orangtua. Orangtua yg sudah mulai 'kelagapan' nanggepin pertanyaan si kakak.
Dan tentu, hari ini kakak pun mulai 'ngeh' dengan kehadiran suara terompet di sekitar rumah.
Saya mengajaknya sibuk beberes perlengkapan untuk acara malam ini.
"Kita mau jalan-jalan kemana mi?"
"Malam ini Abi mau ajak kita tidur di masjid. Kakak mau?, Nanti banyak temannya disana."
"Mau miiiii..." ðŸ•ŒðŸ•Œ
Sudah, itu dulu saja. Tanpa penjelasan lanjutan.
Alhamdulillah, first mabit Kakak IFA dan Adek KHALID. 
.
.
Ps. Teman kuliah yg tersebut di atas saat ini sudah berhijrah cantik :)