Rabu, 22 November 2017

Seandainya Saya Menjadi Fasilitator

Seandainya Saya Menjadi Fasilitator
            
     Ada satu tantangan dari suami yang akan saya buktikan seandainya saya menjadi fasilitator. Tantangan yang sudah cukup lama ditargetkan, namun belum juga terealisasi dengan apik. Tantangan ini sangat sering digaungkan oleh ibu guru kita tercinta, namun saya masih sering kepayahan juga jatuh bangun mengelolanya. Berangkat dari kepayahan tersebut saya mulai mencari formula bagi suksesnya tantangan ini.

         Saya mulai meraba formula ini. Ada satu kesamaan jika saya lihat dari sisi pengguna formula ini. Formula ini terdiri dari dua aspek berbeda, namun begitu bersinergi dan berjalan seiringan dengan indikasi suksesnya tantangan yang harus saya taklukkan ini.

        Manajemen waktu dan peran dalam berkomunitas. Itulah yang saya maksud dengan dua hal saling bersinergi dan berjalan seiringan saling mendukung, tantangan dan formulanya. Saat kita berani mengambil peran lebih maka kita akan tertuntut untuk mengemas dan mengelola waktu 24 jam dengan baik dan terukur.


          Inilah yang menjadi target pertama saya seandainya saya menjadi fasilitator. Kembali berbenah diri, mengukur kapasitas diri dalam berperan sebagai diri sendiri, istri, ibu dan bagian dari masyarakat. Membagi waktu dengan sebaiknya sehingga tidak ada yang merasa diabaikan.


Sedikit mengulas kembali tentang passion, karena menjadi agen perubahan ini harus sejalan dengan passion. Seperti dalam penugasan-penugasan NHW Matrikulasi yang lalu, passion saya terbentuk dari dua arah. Pertama yaitu dari unsur bawaan atau bakat, dan yang kedua yaitu dari unsur misi spesifik atau tujuan hidup saya.




Passion menurut pemikiran saya tertuang dalam gambar di atas. Passion saya terbentuk dari dominasi karakter sifat pribadi dan dari tujuan hidup saya. Bakat ini modal, sedangkan tujuan atau misi hidup ini yang membuat saya WAJIB terus memupuk dan menguatkan bakat sehingga lahirlah passion.



Saat ini, saya ingin mencoba terjun ke poin tiga dalam misi hidup saya, “Menjadi insan bermanfaat bagi lingkungan sekitar”. Praktek uji coba ini bukan karena saya telah selesai di poin pertama dan kedua. Namun, justru sebagai sarana pembelajaran saya. Mata saya akan berbinar ketka saya dapat diskusi dan belajar bersama. Hati saya berbunga ketika dapat berbagi ide dengan orang lain, dan pikiran saya siap terinspirasi dengan karya orang lain. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar