Seandainya Saya Menjadi Fasilitator
Ada satu tantangan dari suami yang akan saya buktikan seandainya saya menjadi fasilitator. Tantangan yang sudah cukup lama ditargetkan, namun belum juga terealisasi dengan apik. Tantangan ini sangat sering digaungkan oleh ibu guru kita tercinta, namun saya masih sering kepayahan juga jatuh bangun mengelolanya. Berangkat dari kepayahan tersebut saya mulai mencari formula bagi suksesnya tantangan ini.
Saya mulai meraba formula ini. Ada
satu kesamaan jika saya lihat dari sisi pengguna formula ini. Formula ini
terdiri dari dua aspek berbeda, namun begitu bersinergi dan berjalan seiringan
dengan indikasi suksesnya tantangan yang harus saya taklukkan ini.
Manajemen waktu dan peran dalam
berkomunitas. Itulah yang saya maksud dengan dua hal saling bersinergi dan
berjalan seiringan saling mendukung, tantangan dan formulanya. Saat kita berani
mengambil peran lebih maka kita akan tertuntut untuk mengemas dan mengelola
waktu 24 jam dengan baik dan terukur.
Inilah yang menjadi target pertama
saya seandainya saya menjadi fasilitator. Kembali berbenah diri, mengukur
kapasitas diri dalam berperan sebagai diri sendiri, istri, ibu dan bagian dari
masyarakat. Membagi waktu dengan sebaiknya sehingga tidak ada yang merasa
diabaikan.
Sedikit mengulas kembali tentang passion,
karena menjadi agen perubahan ini harus sejalan dengan passion. Seperti dalam
penugasan-penugasan NHW Matrikulasi yang lalu, passion saya terbentuk dari dua
arah. Pertama yaitu dari unsur bawaan atau bakat, dan yang kedua yaitu dari
unsur misi spesifik atau tujuan hidup saya.
Passion menurut pemikiran saya
tertuang dalam gambar di atas. Passion saya terbentuk dari dominasi karakter
sifat pribadi dan dari tujuan hidup saya. Bakat ini modal, sedangkan tujuan
atau misi hidup ini yang membuat saya WAJIB terus memupuk dan menguatkan bakat
sehingga lahirlah passion.
Saat ini, saya ingin mencoba terjun ke poin
tiga dalam misi hidup saya, “Menjadi
insan bermanfaat bagi lingkungan sekitar”. Praktek uji coba ini bukan
karena saya telah selesai di poin pertama dan kedua. Namun, justru sebagai
sarana pembelajaran saya. Mata saya akan berbinar ketka saya dapat diskusi dan
belajar bersama. Hati saya berbunga ketika dapat berbagi ide dengan orang lain, dan pikiran saya siap terinspirasi dengan karya orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar