Rabu, 06 Desember 2017

Delegating : Jangan SOK Jadi Pahlawan

KOMUNITAS PROFESIONAL (Bag-2)


Delegating : Jangan SOK Jadi Pahlawan
           
            Kembali belajar berkomunitas membuat pikiran ini sering memutar ulang memori saat dulu mengawali perjalanan berorganisasi. Tepatnya saat duduk di bangku kelas 2 SMP dan diri ini mendapat suara terbanyak untuk menjadi ketua kelas. Apa yang ada di benak ‘anak baru gede’ itu tentang jabatan ketua kelas?
  • ·    Merasa disenangi semua teman dan harus menyenangkan semua teman
  • ·    Menyelesaikan setiap permasalahan kelas
  • ·    Selalu siap menjadi perwakilan kelas

            Setidaknya 3 hal tersebut yang dipahami ‘gadis cilik’ itu saat terpilih menjadi ketua kelas. Dan selama masa jabatan, lebih dari 3 kali saya mendapat teguran “Jangan SOK jadi pahlawan!” Sepertinya tak perlu saya ceritakan di sini detail permasalahannya, karena akar semua masalahnya sama yaitu saya bisa mengerjakan itu sendiri dan ingin cepat selesai.
     
    Namun ada satu permasalahan yang saya temukan ditengah masa jabatan itu dan ‘ndilalahnya’ hal itu tidak dapat saya kerjakan sendiri. Apakah itu? Satu semester sudah terlewati tapi sekretaris belum juga membuat papan organigram dan jadwal piket. Sekilas sederhana, dan sebenarnya bisa saya tuliskan dalam selembar karton besar lalu ditempelkan di dinding kelas. Akan tetapi, permasalahannya tak sesederhana itu. Kedua papan itu menjadi simbol ‘ke-keren-an’ dan tingkat kreativitas pengurus kelas (kala itu). Saya pun bingung bagaimana caranya menegur sang sekretaris tersebut.

         
         Akhir cerita, saya tidak berhasil menampilkan simbol ‘ke-keren-an’ kelas hingga akhir masa kepengurusan kelas 2. Menyedihkan sekali, saya yang selalu bertekad tuntas di setiap pekerjaan, akhirnya harus mengakui kelemahan diri ini. Kelemahan yang bersumber dari sikap ‘ga tega’ saya untuk menegur atau mengevaluasi kinerja orang lain.  
“If You Want To Go Fast, Go Alone.If You Want To Go Far, Go Together.”

            Sayangnya, quote di atas belum saya temukan saat jaman sekolah dulu. Bertahun-tahun belajar berorganisasi namun sense ‘go together’-nya belum dapat. Ada kerjasama, namun di beberapa kesempatan itu hanya menjadi simbol belaka saat ‘ujung-ujungnya’ dikerjakan oleh satu dua orang. Porsi orientasi pada hasil masih mendominasi dalam pola pikir saya. Sehingga proses kerja sering diabaikan.

            Bertemu dengan komunitas profesional ini jelas membuka pola pikir ‘kolot’ itu. Perlahan bergeser dari semula orientasi pada hasil menuju orientasi pada proses. Khususnya proses leadership dan management yang menjadi fokus saya. Berjalannya waktu, seiring dengan evaluasi dan dukungan dari suami, saya mulai menemukan satu per satu permasalahan saya dalam berorganisasi yang saya kira dulu itu baik-baik saja saat menjalaninya.

            Delegasi, kata ini pun menjadi prioritas pembelajaran saya sebagai upaya upgrade diri. Delegasi merupakan turunan dari profesionalitas. Bersungguh-sungguh menjalani suatu peran artinya mampu menempatkan diri dengan maksimal di setiap peran hidup. Menjadi ibu profesional, artinya memahami kewajiban dan tanggungjawab peran sebagai ibu serta menjalankannya dengan profesional. Menjadi leader, artinya memahami kewajiban dan tanggungjawab peran sebagai pemimpin, bukan sebagai pembantu umum.


        Masuk dalam kepanitiaan beberapa event yang diselenggarakan oleh komunitas profesional ini jelas menjadi pelajaran berharga bagi saya dalam mengasah kemampuan delegasi. Istimewanya saat saya mengambil peran menjadi leader Rumah Belajar Playdate Gresik saat ini. Ketika saya banyak mengerjakan pekerjaan teknis, itu menjadi alarm bagaimana proses delegasi saya selama ini. Meningkatnya kemampuan delegasi selaras dengan pola komunikasi yang terus diperbaiki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar