Jumat, 01 Desember 2017

Jurnal Fasilitator (1)


3 Langkah Mengusir Kecemasan Memasuki Kelas Perdana

Alhamdulillah, materi perdana sudah melalui garis finishnya. Dan benar saja, sesuai harapan saya saat kemarin mendaftarkan diri menjadi fasilitator, yaitu saya kembali belajar dan diingatkan kembali dengan materi dan segala teori di kelas Bunda Sayang ini. Bagi saya, materi Komunikasi Produktif ini merupakan pondasi untuk materi-materi pengasuhan selanjutnya.
Komunikasi menjadi kunci utama dalam pengasuhan anak. Karena pada hakikatnya pengasuhan merupakan strategi menyampaikan kebenaran kepada anak. Sehingga sehebat apapun gaya pengasuhan orang tua, semuanya kembali kepada pola komunikasi antara orang tua dan anak.

Kembali tentang fasiltator. Saat ini saya kembali berada di kelas Bunda Sayang materi perdana bukan lagi menjadi seorang peserta yang duduk manis disuapi beragammateri dan informasi. Namun saya kembali memasuki level ini sebagai fasilitator. Dan ini menjadi pengalaman perdana saya menjadi seorang fasilitator.
Apa saja yang saya lakukan untuk mengusir kecemasan hati dan bayangan “apa aku pantas menjadi fasil” di kelas perdana ini ?
Pertama, membekali diri. Saya kembali meluncur ke materi pertama di kelas saya sendiri. Kembali membaca materi dan reviewnya, khususnya resume saat diskusi. Dalam resume  saya mendapat banyak bekal dalam mempersiapkan diri untuk memfasilitasi pertanyaan dari para peserta kelas.
Kedua, mengasah empati. Satu hal penting yang saya temukan saat pertama memasuki kelas adalah empati. Perlu melebarkan seluas-luasnya sudut pandang dan ruang hati saat berinteraksi. Hal ini dapat mengurangi sikap “gegabah” saya yang kadang masih muncul saat memberikan respon kepada orang lain. Dengan mengasah empati, saya berlatih mengambil jeda waktu sesaat ketika membaca komentar atau pertanyaan yang diajukan peserta kepada saya.  
Ketiga, melatih komunikasi dalam gaya tulisan. Menjadi fasilitator online, gaya tulisan menjadi faktor utama dalam membentuk ruang komunikasi saya dengan peserta kelas. Empati yang kita berikan hanya dapat divisualisasikan dalam rangkaian kata bermakna.

Selanjutnya, bismillah. Sampaikan segala sesuatu dari hati, karena apapun yang lahir dari hati akan sampai ke hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar