Senin, 11 April 2016

Ayat Kauniyah untuk SI Kecil

“Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya.” (Al Hijr 22)

Memori saya berputar mundur dua puluh tahun yang lalu. Saat saya lagi asyik main ‘engklek’ di halaman rumah bareng temen-temen.
“Gludug gludug gludug”.. (begitu bukan yaa suaranya)
Suara petir dan ‘guludug’ mengalahkan tawa riang kami karena ada teman yang terus menerus kalah.
“Itu Allah lagi nggelundungin batu besar di atas langit,” si A, teman yang teraniaya tadi mencoba mengalihkan tawa ejekan kami.
“Ahh masa…” salah satu teman tak percaya, sementara yang lain termasuk saya menelan mentah-mentah omongan si A tadi.
“Bener, biasanya abis nggelundungin batu Allah marah terus nutup langit jadi gelap terus nyiram air”.
Stop. Saya tidak ingin melanjutkan omongan si A tadi. Dulu saat itu, saya benar langsung percaya omongan si A. Pikiran saya langsung berimajinasi, sesuatu yang diharamkan oleh sang baginda terkasih Rasulullah SAW.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “… Janganlah kalian berpikir tentang Dzat Allah, tapi pikirkanlah ciptaan-Nya.…” (HR Ahmad dan Ath-Thabarani). Para ulama mengatakan “Berpikirlah kalian tentang ciptaan Allah dan jangan sekali-kali berpikir tentang Dzat Allah, sebab memikirkan tentang Dzat Allah akan menggoreskan keraguan dalam hati”.

Astaghfirullahal’azhim. Semoga Allah mengampuni imajinasi saya, meskipun saya belum menanggung dosa (kala itu).

“Umi, lihat ada hujan ! Ayo mi, berdoa…” si kakak teriak sambil menarik-narik baju saya. Terpaksa ulekan dan cobek saya tinggalkan sementara.
“Iya kak, itu hujan. Yuk berdoa. Allahumma Shayyiban Naafi’an. Semoga hujan yang diturunkan Allah ini bermanfaat”.
“Iyaa, biar kucing bisa minum, burung bisa minum, pohon bisa minum, terus nanti keluar buahnya deh. Ayo mii sekarang nyanyi hujan…” si kakak masih antusias mengamati hujan dari jendela.
“Tik tik tik bunyi hujan di atas genteng..”
“Bukan yang itu mii, lagu hujan yang satunya lagi..” si kakak menawar.
“Allah turunkan hujan
Dari gumpalan awan
Dari langit yang tinggi
Membasahi seluruh bumi
Bumi jadi subur
Tanah jadi gembur
Allah tumbuhkan sayur mayur
Bumi jadi subur
Tanah jadi gembur
Pantaslah kita bersyukur”.
Lagu dari Bunda Neno yang kakak maksud. Saya bernyanyi dan kakak mengirinya dengan gerakan tangan sesuai liriknya.

Begitu liarnya imajinasi bocah kecil. Arahkan ke-liar-annya pada satu nama, asma Allah SWT.
Ayat-ayat kauniyah berserak di seluruh alam semesta ini. Dari semut kecil yang sedang menjemput rizqi-Nya dengan mendekati remahan biskuit kakak, sampai dengan suara ‘guludug’ besar pertanda Allah akan menurunkan rizqi-Nya berupa hujan.

“Umii, di kamar kakak ada yang bocor lagi,”
“Baiklah kak. Ayo kita kerja bakti” ……………


Tidak ada komentar:

Posting Komentar