Jumat, 30 Desember 2016

Belajar dari Si Salah

Belajar dari Si Salah
_____________________________________
Hari ini Kakak Ifa dan Adek Khalid ikut umi belajar. Di tengah sesi, kakak Ifa ikut main ke luar rumah dengan teman dan ibunya teman. Karena agak lama umi pun beranjak melihat ke luar rumah, kakak sedang di seberang jalan, tanpa alas kaki sambil memunguti bunga kamboja.
Jalanan dalam komplek ini memang relatif sepi, tapi pas itu ada motor akan melintas dan kakak Ifa justru lari menyeberang. Alhamdulillah bapak pengendara motor bisa menghindar.
Sampai lah Ifa berjarak 5m dr tempat sy berdiri. Ada yg sedang tak kuasa menahan emosi rupanya, dia "Si Salah" yg langsung mengomentari tentang kecerobohan kakak Ifa, tanpa melihat apa yg sedang dia bawa.
Sy melihat dia tiba2 menunduk, lalu sy kembali duduk mengikuti sesi belajar.
Tak dipungkiri, sudut mata ini menangkap kakak Ifa juga masuk rumah, lalu menghampiri Umi Anina dan menyerahkan beberapa kuntum bunga kamboja tadi, dan meletakkannya di piring.
Nyesssss rasanya..
Something wrong detected!
Kakak Ifa menghampiri umi, sambil menahan gejolak "nyess" tadi, umi tanya : mana kak bunga kamboja tadi?, harum ga?
Kepalany terangkat lalu bersemangat mengambil kembali bunga2 yg dia simpan di piring tadi.
Alhamdulillah, sy cium kepalanya, dalam hati "maafkan umi si salah ini ya nak"....
_________________________________________
Mengingat kembali teori "first, endapkan emosi". Menggunakan kacamata positif terlebih dahulu, setelah itu baru sampaikan apa kesalahannya.
Diingatkan kembali untuk menjadi "Orangtua adalah tempat kembali sang anak". Cerita di atas hanya level kecil. Level besarnya bisa dibayangkan ketika sang anak mencari "tempat kembali" yg lain, karena orangtua selalu melihat kesalahan si anak saja.
Oiya ada 1 pertanyaan yg selalu ditanya Abi ketika umi minta ijin akan pergi belajar bersama anak2 : apa di sana ada anak2 seusia kakak adek?.
Karena pastikan hak bermain anak tidak terenggut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar