MEMBANGUN
PERADABAN DARI DALAM RUMAH
Materi Matrikulasi Institut Ibu Profesional
Sesi #3
“Rumah adalah taman dan gerbang peradaban
yang mengantarkan anggota keluarganya
menuju peran peradabannya”
Bunda, rumah kita adalah pondasi sebuah bangunan peradaban, dimana kita
berdua bersama suami, diberi amanah sebagai pembangun peradaban melalui
pendidikan anak-anak kita. Oleh karena itu sebagai orang yang terpilih dan
dipercaya oleh yang Maha Memberi Amanah, sudah selayaknya kita jalankan dengan
sungguh-sungguh.
Maka tugas utama kita sebagai pembangun
peradaban adalah mendidik anak-anak sesuai dengan kehendakNya, bukan
mencetaknya sesuai keinginan kita.
Sang Maha Pencipta menghadirkan kita di muka bumi ini sudah dilengkapi
dengan “misi spesifiknya”, tugas kita memahami kehendakNya.
Kemudian ketika kita dipertemukan dengan pasangan hidup kita untuk
membentuk sebuah keluarga, tidak hanya sekedar untuk melanjutkan keturunan,
atau hanya sekedar untuk menyempurnakan agama kita. Lebih dari itu, kita
bertemu dengan suami dan melahirkan anak-anak, adalah untuk lebih memahami apa
sebenarnya “peran spesifik keluarga” kita di muka bumi ini.
Hal ini yang kadang kita lupakan, meski sudah bertahun-tahun menikah.
Darimana kita harus memulainya?
PRA NIKAH
Buat anda yang masih dalam taraf memantaskan diri agar mendapatkan
partner membangun peradaban keluarga yang cocok, mulailah dengan
tahapan-tahapan ini:
a. Bagaimana proses anda dididik oleh orangtua anda dulu?
b. Adakah yang membuat anda bahagia?
c. Adakah yang membuat anda “sakit hati/dendam’ sampai sekarang?
d. Apabila ada, sanggupkah anda memaafkan kesalahan masa lalu orangtua
anda, dan kembali mencintai, menghormati beliau dengan tulus?
Kalau empat pertanyaan itu sudah terjawab dengan baik, maka melajulah ke
jenjang pernikahan, dan tanyakan ke calon pasangan anda ke empat hal tersebut,
minta dia segera menyelesaikannya.
Karena,
ORANG YANG BELUM SELESAI DENGAN MASA LALUNYA , AKAN MENYISAKAN BANYAK
LUKA KETIKA MENDIDIK ANAKNYA KELAK NIKAH
NIKAH
Untuk anda yang sudah berkeluarga, ada beberapa panduan untuk memulai
membangun peradaban bersama suami anda dengan langkah-langkah sbb:
Pertama, temukan potensi unik kita dan suami, coba ingat-ingat mengapa
dulu anda memilih “dia” menjadi suami anda? Apa yang membuat anda jatuh cinta
padanya? Dan apakah sampai hari ini anda masih bangga terhadap suami anda?
Kedua, lihat diri kita, apa keunikan positif yang kita miliki? Mengapa
Allah menciptakan kita di muka bumi ini? Sampai kita berjodoh dengan laki-laki
yang sekarang menjadi suami kita? Apa pesan rahasia Allah terhadap diri kita di
muka bumi ini?
Ketiga, lihat anak-anak kita, mereka anak-anak luar biasa. Mengapa rahim
kita yang dipilih untuk tempat bertumbuhnya janin anak-anak hebat yang sekarang
ada bersama kita? Mengapa kita yang dipercaya untuk menerima amanah anak-anak
ini? Punya misi spesifik apa Allah kepada keluarga kita, sehingga menghadirkan
anak-anak ini di dalam rumah kita?
Keempat, lihat lingkungan dimana kita hidup saat ini. Mengapa kita bisa
bertahan hidup dengan kondisi alam dimana tempat kita tinggal saat ini? Mengapa
Allah menempatkan keluarga kita disini? Mengapa keluarga kita didekatkan dengan
komunitas-komunitas yang berada di sekeliling kita saat ini?
Empat pertanyaan di atas, apabila terjawab akan membuat anda dan suami
memiliki “misi pernikahan” sehingga membuat kita layak mempertahankan
keberadaan keluarga kita di muka bumi ini.
ORANGTUA TUNGGAL (SINGLE PARENT)
Buat anda yang saat ini membesarkan anak anda sendirian, ada pertanyaan
tambahan yang perlu anda jawab selain ke empat hal tersebut di atas.
a. Apakah proses berpisahnya anda
dengan bapaknya anak-anak menyisakan luka?
b. Kalau ada luka, sanggupkah anda memaafkannya?
c. Apabila yang ada hanya kenangan bahagia, sanggupkah anda mentransfer
energi tersebut menjadi energi positif yang bisa menjadi kekuatan anda mendidik
anak-anak tanpa kehadiran ayahnya?
Setelah ketiga pertanyaan tambahan
di atas terjawab dengan baik, segeralah berkolaborasi dengan komunitas
pendidikan yang satu chemistry dengan pola pendidikan anda dan anak-anak.
Karena,
IT TAKES A VILLAGE TO RAISE A CHILD
Perlu orang satu kampung untuk mendidik satu orang anak.
Berawal dari memahami peran spesifik keluarga kita dalam membangun
peradaban, kita akan makin paham apa
potensi unik produktif keluarga kita, sehingga kita bisa senantiasa
berjalan di jalanNya. Karena orang yang sudah berjalan di jalanNya, peluanglah
yang akan datang menghampiri kita, bukan justru sebaliknya, kita yang terus
menerus mengejar uang dan peluang.
Selanjutnya kita akan makin paham program dan kurikulum pendidikan
semacam apa yang paling cocok untuk anak-anak kita, diselaraskan dengan bakat
tiap anak, potensi unik alam sekitar, kearifan lokal dan potensi komunitas di
sekitar kita.
Kelak, anda akan membuktikan bahwa antara pekerjaan, berkarya dan
mendidik anak, bukanlah sesuatu yang terpisahkan, sehingga harus ada yang
dikorbankan. Semuanya akan berjalan beriring selaras dengan harmoni irama
kehidupan.
SUMBER BACAAN
Agus Rifai, Konsep,Sejarah dan Kontribusi keluarga dalam Membangun
Peradaban, Jogjakarta, 2013
Harry Santosa dkk, Fitrah Based Education, Jakarta, 2016
Muhammad Husnil, Melunasi Janji Kemerdekaan, Jakarta, 2015
Kumpulan artikel, Membangun Peradaban, E-book, tanggal akses 24 Oktober
2016
_____________________________________________________________________________________
#widitramaulida_NHW3
PERADABAN DIMULAI DARI RUMAH KAMI
Kembali Jatuh Cinta, sebagai
seorang Istri
Kembali mengingat perjumpaan awal dengan suami, untuk menjawab pertanyaan
cinta :
apakah dia masih seperti lelaki
yang dulu kuimpikan?
dan sebaliknya ,
apakah aku masih seperti wanita
impiannya saat ia melamarku dulu?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut perlu kami tinjau secara berkala untuk
memupuk benih cinta sejak awal pernikahan kami. Sehingga benih itu dapat terus
tumbuh dan memberi kehangatan dalam rumah kami.
Ada dua hal yang betul saya ingat dan membuat saya memantapkan diri
dilamar olehnya.
Pertama, yaitu karena ketegasannya. Ia seperti badan sungai yang menentukan kemana air sungai mengalir. Ia
dapat menangkap dan mengarahkan sifatku dulu yang cenderung mengalir, pragmatis
da tanpa rencana.
Kedua, yaitu karena sikap dan kasih sayangnya kepada Ibu kandungnya. Jarang
saya melihat sikap seorang lelaki kepada ibundanya seperti sikapnya
memperlakukan ibundanya.
Setelah lima tahun, dua hal itu tidak berubah, namun telah membawa banyak
perubahan dalam hidupku.
Dan saat ini, apakah saya pun sama memberikan hawa segar perubahan dalam
hidupnya?. Tanpa pikir panjang, saya memintanya untuk menuliskan sedikit
tentang saya.
Bismillahirrahmanirahiim..
Tulisan ini
dibuat atas permintaaan istri saya tercinta (widitra maulida, zahra dalam hidup
ku)
serta dalam
kondisi keletihan pikiran pekerjaan....
Tapi
tulisan ini hanya semata tulisan, dimana keadaan sebenarnya
tercermin dalam laku perbuatan yg tidak akan
bisa menipu...
Zahra,
terima kasih telah membersamai aku (seorang pengelana)
dimana
setiap selang waktu tertentu pasti mendengar keluh-kesah ku
serta
ketidak pastian atas rencana-rencana kita di masa depan nanti,
pesan Ku: sabar
yaa...
Zahra,
terima kasih telah memberikan 2 buah hati yg lucu2.
Mungkin
banyak orang yg lupa, tapi aku akan selalu ingat
bahwa
mereka dititipkan pada kita untuk kita didik
dan kita bekali mereka untuk siap pada masa
ny.
Pesan Ku:
Sabar yaa...
Zahra,
terima kasih telah mengelola keluarga kecil kita d rumah
sewaktu aku
tidak berada d dekat mu.
Aku tau itu bukan pekerjaan yg mudah, untuk
jadi guru, chef, teladan & teman main,
tp yakinlah bahwa dalam hatiku ingin selalu
berada d dekat mu.
Pesan ku:
Sabar yaa...
Akhir kata,
seperti nya tidak akan terwakili dengan kata2 ini, tapi waktu akan
mmbuktikannya..
Aku sayang
kamu, ke surga sama-sama yuk...
Al Fakir
(wanda Hafiz) teruntuk zahra ( widitra Maulida)
Alhamdulillah, saya sangat bersyukur suami dapat memenuhi permintaan
saya, yang sukses membuat air mata ini meleleh setelah membaca tulisan itu.
Bukan. Bukan karena kata-kata sanjungan dan rayuan dalam tulisan itu.
Ada 2 hal utama, yaitu :
Pertama. Dia romantis karena melakukan sesuatu yang sangat jarang ia
lakukan. Ya, menuliskan tentang istrinya. Itu sesuatu yang perlu diberikan apresiasi
tinggi.
Kedua. Karena informasi yang terungkap dalam tulisan itu.
Bahwasannya ia sebagai komandan keluarga menyadari betul anak adalah
milik zamannya, sehingga memunculkan semangat dalam merancang pendidikan anak
lebihbaik lagi.
Juga bahwasannya ia menjunjung tinggi peran ibu rumah tangga. Ia
mengingatkanku bahwa dibutuhkan profesionalitas dalam mengelola rumah dan
keluarga.
Happy Parenting bersama Umi
Porsi utama pikiran, tenaga dan waktu seorang ibu dipersembahkan untuk
buah hati tercinta. Mendidik dan merancang pendidikan anak merupakan kewajiban
bersama suami dan istri, namun teknis pelaksanaan 80% ada di tangan seorang
ibu.
Kunci utama dalam memunculkan bakat anak adalah pendampingan fisik dan
observasi secara berkesinambungan.
Berdasarkan standar perkembangan anak usia dini menurut Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional no.58 tahun 2009, berikut tabulasi tumbuh kembang Afifah
dan Khalid.
NO
|
Lingkup
Perkembangan
|
AFIFAH
FAIRUZZAMAN
(4
th 2 bl)
|
KHALID
BADIUZZAMAN
(19
bl)
|
1
|
Nilai Moral dan Agama
|
·
Mulai memahami siapa Allah
·
Mengikuti gerakan sholat dari awal hingga
akhir
·
Menghafal doa dan surat pendek
·
Mengenal perilaku baik dan tidak baik
|
·
Menirukan cara sholat
·
Menirukan membaca Iqro
|
2
|
Motorik
a. Motorik Kasar
|
·
Menirukan gerakan binatang,
pohon tertiup angin, pesawat
terbang, dsb.
·
Melakukan gerakan
menggantung (bergelayut).
·
Melakukan gerakan melompat,
·
meloncat, dan berlari secara
terkoordinasi
·
Melempar sesuatu secara
terarah
·
Menangkap sesuatu secara
tepat
·
Melakukan gerakan antisipasi
·
Mengikuti gerakan senam
|
·
Jalan lambat, jalan cepat
·
Menendang bola
·
Naik tangga dengan berpegangan
·
Mendorong galon
|
b. Motorik Halus
|
·
Menggambar sesuai gagasannya.
·
Meniru bentuk, angka, huruf.
·
Melakukan eksplorasi dengan
berbagai media dan kegiatan.
·
Menggunakan alat tulis dengan benar
·
Menggunting sesuai dengan pola.
·
Menempel gambar dengan tepat.
·
Mengekspresikan diri melalui
gerakan menggambar
|
·
Memegang alat tulis
·
Mebuat coretan bebas
·
Memegang gelas
·
Memungut kacang dan memasukkannya ke wadah
|
|
c. Kesehatan Fisik
|
·
Postur tubuh dan berat badan rata-rata
|
·
Postur tubuh dan berat badan di atas rata-rata
|
|
3
|
Kognitif
a. Mengenal pengetahuan umum
|
·
Mengklasifikasi benda
berdasarkan fungsi.
·
Menunjukkan aktivitas yang
bersifat eksploratif dan menyelidik, (seperti: apa yang
terjadi ketika air ditumpahkan).
·
Menyusun perencanaan kegiatan yang akan
dilakukan.
·
Mengenal sebab-akibat tentang lingkungannya
·
Menunjukkan inisiatif dalam
memilih tema permainan
·
Memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan
sehari-hari.
|
·
Menyebut : abi, umi, kakak, minum, makan, mama,
susu
·
Mulai memahami konsep kepemilikan : baju,
botol minum, sepeda, sepatu
|
b. Konsep bentuk, warna, ukuran dan pola
|
-
|
||
c. Konsep angka dan huruf
|
-
|
||
4
|
Bahasa
a. Menerima bahasa
|
·
Memahami perintah
·
Menunjuk benda dan nama yang sudah dipahami
·
Memperhatikan dan menunjuk gambar dalam buku
|
|
b. Mengungkapkan bahasa
|
·
Menjawab : ya, sudah
·
|
||
5
|
Sosial Emosi
|
·
Senang, tertawa, marah, sedih
·
Ekspresi berbeda terhadap orang asing
·
Memperhatikan teman-temannya bermain
|
Berdasarkan ritme aktivitasnya :
Afifah menonjol dalam aktivitas motorik kasar, motorik halus dan
bicaranya. Memiliki inisiasi dan ide dalam tiga aktivitas tersebut secara
mandiri. Secara spesifik yang ia senangi, aktivitas motorik kasarnya : berlari,
melompat, memanjat, bersepeda. Aktivitas motorik halusnya : menggambar,
mewarnai, menulis angka dan huruf, menggunting dan menempel. Aktivitas
bicaranya yaitu senang bercerita.
Sedangkan yang masih harus dikejar dan terus diperbaiki adalah moral dan
tingkah perilakunya.
Khalid sedang menyenangi aktivitas mandiri : makan, minum, membuang
sampah, membuka dan menutup pintu. Ia senan diberi kepercayaan untuk melakukan
sesuatu secara mandiri.
Happy Mom, Happy Kids and Happy
Family
Sejujurnya, saya masih ontheway menggali dan menumbuhkan bakat serta
potensi pribadi.
Namun satu hal dasar yang saya pahami, bahwa keikhlasan dan kebahagiaan
menjalani peran ibu professional merupakan anugerah Allah yang harus saya
pegang kuat dalam membangun keluarga bahagia.
Keluarga juga Milik Umat
Menyusun peran strategis keluarga bagi umat dan lingkungan sekitar.
Dimulai dari satu project kecil yaitu berbagi dengan tetangga. Saat ini masih
sekedar hasil kreasi dapur yang dibagi. Harapa kami ke depannya terus
berkembang hingga kami memiliki peran spesifik bagi umat dan lingkungan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar